NASKAH DRAMA
TEMA : KENAKALAN REMAJA
JUDUL : JAGA AKUKELOMPOK 1 :
AYU RIRIN ARISANTI
HERMA YUNITA
M. RIDHO AL FAT’HAN/EDO
RISKA ADE IRMA
TREZA DESTRI WINANDA
JAGA AKU
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 07:20 dan Herma baru bangun dari tidurnya karena tadi malam dia pulang larut malam dari discotic akhirnya dia bangun kesiangan. Tetapi ia masih saja santai untuk pergi ke sekolah. Akhirnya Herma terlambat sampai di sekolah.
Herma : pak . . . pak . . . bukakan gerbang!
Satpam : siapa suruh kamu terlambat.
Herma : ban motor saya bocor pak, jadi saya terlambat.
Satpam : jadi sekarang mana motornya?
Herma : di bengkel lah pak.
Satpam : kamu itu banyak alasan saja (sambil membukakan pintu). Cepat masuk dan hormat bendera di lapangan.
Hermapun dijemur di lapangan selama 1 jam pelajaran. Setelah itu barulah ia masuk ke kelas. Sesampainya di kelas.
Ayu : hahaha . . . terlambat lagi.
Guru : Herma! sudah berapa kali kamu terlambat? Hampir setiap hari kamu yang terlambat!. Sekarang ambil kertas ulangan ini dan cepat kerjakan.
Setelah mengambil soal herma tidak bisa menjawabnya karna dia tidak belajar sedikitpun. Akirnya dia meminta jawaban kepada temannya.
Herma : Yu . . . Yu . . . pinjam kertas ulangan kau (bisik-bisik).
Ayu : Malas . . . malas . . . nanti kertas ulangan kita dikoyak sam ibu pemarahan itu. Kau kemana memangnya tak belajar?
Herma : Biasalah aku nongkrong di warnet seharian.
Ayu : Apa kerja kau di warnet?
Herma : kau ni banyak tanya. Pinjam ajalah cepat.
Tiba–tiba . . .
Guru : Herma! Ayu! Kerjakan sendiri-sendiri jangan diskusi.
Herma dan Ayu terdiam sejenak. Namun Herma tetap saja mencari contekan. Kali ini Herma memintaya kepada Riska yang terkenal kealiman dan kepintaranya di sekolah.
Herma : Ka . . . Ka . . . sini kertas ulangan kau! (bisik-bisik)
Riska : Tidak, aku takut.
Herma : Kau ni cepat ajalah sini, sebentar cuman aku lihat jawabannya. Awas kau kalau tak mau kasih.
Riska : (dengan perasaan terpaksa) iya lah, ni haa . . . cepat!
Beberapa menit kemudian.
Guru : Sudah ada yang siap?
Edo : Sudah bu . . .
Riska : Sudah-sudah Ma! Ulangannya sudah mau diantar.
Herma : ambilah ni ha . . .
Guru : Baiklah! Karena waktunya sudah habis, siap tidak siap diantar sekarang.
Bel berbunyi yang menunjukkan waktu istirahat.
Ayu : Ma main remi yok! Aku ada bawa remi ni . . .
Herma : Ha . . . boleh-boleh mantab tu. Tau aja kau ni kesukaan aku. Kau ada bawa duit dak?
Ayu : Adalah! Kalau duit aja berapalah. Do kau ikot dak?
Edo : Hmmm tidaklah. Ehh ikot lah untung-untung aku menang betambah duit aku.
Ayu : Apalah kata kau ni. Tidak mungkinlah kau menang, herma ni ha miss remi dunia.
Herma : Riska . . .kau mau ikut juga dag?
Riska : Main apa?
Edo : Main remi lah . . .
Riska : Malaslah! apalah kalian ni main judi sudah jelas itu dosa, tambah lagi nanti ketahuan guru macam apa.?
Ayu : janganlah sampai ketahuan. Pandai-pandailah caranya biar tidak ketahuan.
Riska : TIDAK MAU!!!
Herma : sudahlah kalau tak mau. Jangan pula kau ceramahi kami. Tak butuh kami ceramah kau tu.
Tanpa disadari meraka semua yang sedang asyik-asyiknya berjudi. Salah seorang guru tiba-tiba masuk ke kelas. Marekapun terkejut dan sibuk manyembunyikan remi dan uang mereka. Ibu gurupun curiga dengan apa yang mereka lakukan.
Ibu Guru : Apa yang kalian lakukan di belakang?
Ayu.Herma: Diskusi bu!
Edo : Iya bu, kami lagi diskusi.
Ibu Guru : Herma! Apa yang kamu sembunyikan dalam sakumu?
Herma : Tidak apa-apa bu.
Ibu Guru : Kesini kalian bertiga, ibu mau periksa. (ibu gurupun terkejut) owh . . . jadi ini yang kalian diskusikan. Bagus kalian ya . . . sudah pandai cari uang sendiri. Sekarang juga kalian bertiga ikut ibu ke ruang BP.
Akhirnya mereka bertigapun dibawa ke ruang BP dan diproses sesuai ketentuan sekolah. Setelah selesai Ayu dan Edo lebih dahulu ke kelas. Sedangkan Herma pergi menemui Riska.
Herma : Hey! Maksud kau apa melaporkan kami ke ibu tu?
Riska : Melaporkan apa Ma?
Herma : Alahh . . . jangan sok tak tahu lah, dasar munafik!
Riska : Astagfirullah, jaga ucapan mu herma.
Herma : Jangan sok ngucaplah! Aku tau kau pintar, kau disenangi guru. Tapi kalau kau benci sama kami jangan kayak ini caranya. Pakai melapori kami diam-diam. Ihh teman macam apa kau ni?
Riska : Maaf herma. Waktuku tak banyak untuk melayani emosimu yang meluap-luap itu, meskipun sekeras mungkin aku jelaskan kau pasti tidak akan percaya. Sebaiknya kamu redakan dulu emosimu. Permisi Assalamualaikum.
Tiba-tiba Ayu datang.
Ayu : Kenapa Ma? Dari tadi marah-marah tak jelas.
Herma : Itu nah Riska, aku yakin kalau dia yang mengadukan kita ke ibu.
Ayu : Iya. Aku rasa memang dia, siapa lagi coba kalu bukan dia. Diakan tadi tidak suka kalau kita main remi di kelas.
Herma : Awaslah kalau ketemu..
Bel tanda masukan pun berbunyi mereka semua masuk ke kelas.
Ayu : aduh . . . pelajaran FISIKA bakalan ngantuklah ni.
Herma : bolos ajalah kita yok.
Ayu : bolos, mau kemana kita?
Herma : ke kost aku ajalah kita main PS sambil coba barang baru. Teman kita sudah ada nunggu di sana.
Ayu : okelah kalau gitu. Lewat mana kita? Nanti ketahuan
Herma : lewat belakang aja. Tak bakalan ketahuan lewat sana.
Ayu : iya lah. Cepatlah sebelum gurunya masuk.
Merekapun membolos sekolah dan berpesta pora di kostan Herma. Setelah mereka pulang guru fisika itu pun masuk. Setelah selesai menjelaskan materi guru itu mulai mengabsen.
Bu guru : NIHIL?
Riska : mmm. . .
Bu guru : Herma dan Ayu kemana?
Suasana sunyi senyap.
Bu guru : Jawab pertanyaan ibu.
Edo : Bolos lagi bu.
Bu guru : (menggelengkan kepala) sekarang kalian boleh pulang,
Saat pulang sekolah Herma dan Ayu melihat riska berjalan sendirian berjalan kaki. Dan terjadilah hal yang tak pernah riska bayangkan.
Herma : Yu . . . lihat Riska lagi jalan sendirian.
Ayu : Iya Ma. Terus kenapa?
Herma : Ini kesempatan kita buat balas dia yang udah melaporkan kita.
Ayu : Iya betul kau Ma.
Herma dan Ayu mencegat Riska dan membawanya kepinggir jalan.
Herma : hei riska, sekarang kamu sendirian. Kamu tidak bisa kemana-mana, inilah akibatnya kalu kamu macam-macam sama kami.
Ayu : (menghajar riska) sekarang rasakan ini riska.
Herma : (mengeluarkan pisau) dan ini akan menjadi hari teburuk untuk kamu.
Riska yang ternyata menderita sakit jantung terkejut dengan apa yang dilakukan Herma dan ia pingsan dan bersamaan dengan itu Herma dan Ayu saling menyalahkan.
Ayu : herma, kenapa kamu pakai pisau lihat dia jadi pingsan. Ini semua gara-gara kamu
Herma : biarkan saja. Paling juga dia pura-pura.
Ayu : (menolak herma) aku tidak mau ikut kamu lagi. Bagaimana kalu dia mati.
Hermapun terjatuh karena didorong Ayu dan pisau yang dipegang Herma menusuk Riska yang sudah pingsan. Herma dan Ayu terdiam melihat riska yang tertusuk.
Herma : (terduduk dan melihat riska) Riska.
Ayu : herma . . . cepat lari. . . nanti kita dihajar warga.
Tanpa sengaja lewatlah seorang anggota polisi berseragam lengkap dan melihat kejadian itu dan langsung membawa Riska ke rumah sakit. Ayah riskapun sampai di rumah sakit.
Ayah : Bagaimana dengan kondisi Riska anak saya dok?.
Dokter : Riska mengalami pendarahan yang cukup banyak. Dan ternyata Riska juga mengalami gagal jantung yang sudah sangat parah. Riska sepertinya membutuhkan donor jantung dan golongan darahnya A rhesus negatif.
Ayah : (terkejut) apa dok? Tidak mungkin dok, tidak mungkin.
Dokter : Bapak yang sabar ya pak. Dan umur anak bapak umurnya tidak akan lama lagi.
Ayah : Tidak dok. Anak saya harus tetap hidup.
Mendengar kabar itu ayah riska menjadi shock ia tidak tega malihat anaknya menderita. Ayah riska bingung untuk mencari orang yang mau mendonorkan jantung dengan golongan darah A rhesus negatif karena ibu riska yang memiliki golongan darah yang sama sudah meninggal dan ditambah lagi tidak banyak orang yang mau mendonorkan jantungnya. Meskipun begitu ayah riska tetap berusah mencarikan donor jantung untuk anak yang sangat disayanginya.
Pada malam harinya Herma dan Riska kebingungan atas apa yang telah mereka lakukan.
Ayu : Herma, bagaimana ini? Kita sudah membunuh.
Herma : (sambil menganis) aku tidak tahu Yu. Aku pembunuh! Aku pembunuh. Apa yang telah aku lakuan Yu.
Ayu : Sekarang apa yang harus kita lakukan?
Herma : aku tidak tahu Yu! Aku tidak tahu. Sudah banyak hal yang tidak wajar kita lakukan. Sekarang aku sadar apa yang telah aku lakukan selama ini salah. Aku tidak serius dalam belajar, berjudi, memakai nerkoba. Aku sudah rusak. Aku memang keterlaluan. Aku tidak pantas lagi disebut manusia. Bagaimana cara kita meminta maaf kepada riska, sedangkan dia sudah tiada. RISKA MAAFKAN AKU.
Tiba-tiba Edo masuk yang ternyata dari tadi mendengar pembicaraan mereka.
Edo : kalian masih bisa meminta maaf, karena riska belum meninggal. Dia sedang dirawat di rumah sakit.
Herma dan ayu : (terkejut) edo
Ayu : kamu . . . ba . . .ba . . bagaimana . . .
Edo : aku sudah tau apa yang kalian lakukan. Sebaiknya kalian cepat minta maaf .
Ayu : kamu benar do, selama ini kami hanya menjadi sampah masyarakat. Baiklah kalu begitu kita harus ke rumah sakit dan minta maaf sama riska.
Hema : iya do, kamu benar aku sangat menyesal atas semua yang ku lakukan. Bagaimana kamu tahu kalau Riska masih hidup.
Edo : aku mendapat kabar dari teman-teman yang lain dan aku juga dengar iya menderita penyakit jantung yang sudah sangat parah. Dan ayahnya bingung untuk mencari orang yang bergolongan darah A rhesus negatif dan mau mendonorkan jantungnya.
Herma : apa? Golongan darahnya sama dengan aku (dengan nada yang pelan).
Ayu : sudahlah, kalau begitu besok kita ke rumah sakit.
Keesokan paginya mereka semua kesekolah dan terajadi perubahan yang drastis terhadap prilaku mereka, meraka menjadi anak yang baik. Di sekolah ternyata polisi sudah menunggu Herma dan Ayu untuk membawanya ke kantor polisi.
Polisi : maaf kalian berdua harus kami bawa ke kantor polisi karena telah melakukan pengeroyokan dan kalian juga menjadi pemakai narokoba.
Herma : baiklah pak tapi sebelum itu, izinkan saya meminta maaf kepada semua teman dan guru saya.
Ayu : iya pak.
Polisi : baiklah.
Ayu dan herma pun meminta maaf kepada semua teman dan kepada guru mereka. Setelah selesai.
Herma : pak dan satu lagi. Izinkanlah kami untuk menjenguk Riska.
Polisi : baiklah. Sekarang kita ke rumah sakit.
Merekapun pergi ke rumah sakit untuk melihat riska.
Herma : (langsung menghampiri riska) riska . . . riska semoga kamu masih bisa mendengar aku. Aku minta maaf atas segala apa yang telah aku lakukan kepadamu.
Ayu : aku juga minta maaf. aku menyesal dengan apa yang telah aku lakukan.
Herma : (mendekati dokter) dok saya akan mendonorkan jantung saya untuk Riska.
Dokter : apa kamu serius? kamu taukan apa akibatnya? Kamu itu masih muda.
Herma : saya tahu dok, dan saya sudah siap.
Dokter : baiklah kalau begitu.
Operasi jantung pun dilakukan. Sebelum herma memulai operasi jantung herma menitipkan surat kepada dokter yang ditujukan untuk riska. Operasipun dimulai dan hermapun kehilangan jantungya dan juga dunianya yang indah. Polisi hanya menangkap ayu yang kemudian ditahan.
Riska kembali dapat menikmati hidup dengan normal. Di rumah riska.
Ayah : riska sedang apa kamu nak?
Riska : Sedang belajar yah.
Ayah : ooo . . . ini ada titipan dari teman kamu.
Riskapun membuka titipan itu yang ternyata surat dari herma yang waktu itu dititip kepada dokter dan telah diberikan kepada ayah riska. Dan isi suratnya adalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar